Picture
BAGI siapa saja yang menyukai kawih Sunda, dapat dipastikan bakal mengenal atau sekurang-kurangnya mendengar nama: Mang Koko (alm). Seorang guru, santri, sastrawan, penulis, jurnalis, organisator, pencipta lagu, pembaharu karawitan Sunda, dan patut menjadi suri tauladan bagi praktisi seni di zaman sekarang. Mang Koko telah sukses mencipta kawih untuk anak-anak sampai tingkat dewasa, sehingga lebih dikenal sebagai maestro karawitan, dan karya-karyanya berupa kawih, tembang (pupuh rancag), sekar tandak, gending karesmen, dll., abadi sampai kiwari. Karya-karyanya masih bergema di panggung-panggung, radio, dan televisi. Nama aslinya Haji Koko Koswara (lahir di Indihyang, Tasikmalaya, 10 April 1917 dan wafat 4 Oktober 1985). Mang Koko adalah putra tunggal dari pasangan Siti Hasanah dan Muhammad Ibrahim Sumarta, yang bergaris keturunan Sultan Banten/Sultan Hasanuddin. Namanya begitu wangi, semerbak di Indihyang dan mengaharumkan nama Bandung. Pada bulan Februari 2004, Dinas Pendidikan Kota Tasikmalaya pun menggelar sebuah acara pangéling-éling atas jasa Mang Koko, dengan tajuk “Nguniang ti Indihiang, Padungdung Nanjung di Bandung”. Dari acara tersebut, jelas bahwa Mang Koko menjadi kebanggaan masyarakat Tasikmalaya, sebagai kota kelahirannya dan tempat mengawali penitian karirnya yang gemilang.